Pages

Selasa, 26 Januari 2010

SEKILAS SMK NEGERI 1 WANAREJA

SMK Negeri 1 Wanareja berdiri pada tahun pelajaran 1999/2000, awal langkah perjalanannya dimulai dengan tekad untuk mengangkat citra Sekolah Menengah Kejuruan dan menjawab tantangan dunia kerja bahwa Putra Wanareja dan sekitarnya mampu bersaing merebut peluang kerja di rumah sendiri dan umumnya pada dunia usaha global.

Meskipun secara geografis SMK N 1 Wanareja terletak diantara Jawa Tengah dan Jawa Barat yakni di Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap Jawa Tengah namun sarat akan prestasi yang mampu diraihnya.

Status Kelembagaan

Tahun pelajaran 1999/2000 sebagai awal berdirinya SMK Negeri 1 Wanareja, untuk menuju sekolah unggul, dalam perjalanannya memerlukan arah dan panduan tidak ada pilihan lain kecuali dengan pengembangan secara total yang dirumuskan dalam visi, misi serta berpedoman kepada kebijakan mutu organisasi serta dituangkan dalam sasaran mutu, diimplementasikan dan dievaluasi, kemudian diimplementasikan lagi dengan target.

Kerja keras dari warga SMK Negeri 1 Wanareja pada saat ini telah membuahkan hasil, dimana SMK Negeri 1 Wanareja telah dipersiapkan sebagai Sekolah Berstandar Internasional pada tahun pelajaran 2008/2009.

Pada bulan Maret 2006 SMK Negeri 1 Wanareja telah mendapat sertifikat SMM ISO 9001:2000. Nomor certifikat 01.100.065346 diterbitkan oleh TUV Rheinland Group.

Pada tahun ajaran ini 2008/2009 SMK Negeri 1 Wanareja terdiri dari 23 kelas (Tek. Konstruksi Bangunan 6 kelas, Tek. Mekanik Otomotif 7 kelas, Pertanian 6 kelas dan Multimedia 7 kelas)

Lokasi Sekolah

Sejak tahun 1999 SMK Negeri 1 Wanareja berada di Jl. Srikaya Wanareja Cilacap Jawa Tengah.



Kurikulum



Pada dasarnya kurikulum suatu lembaga pendidikan meliputi perumusan tujuan, lama pendidikan, struktur program garis-garis besar program pengajaran, metode pengajaran dan evaluasi hasil belajar. Kurikulum disusun berdasarkan peraturan pemerintah dan undang-undang dan ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional, serta aturan pelaksanaannya dari pejabat yang terkait. Pembahasan kurikulum sebagai pedoman kegiatan pembelajaran di SMK Negeri 1 Wanareja adalah kurikulum yang sudah dibakukan, dan dalam hal ini menitik beratkan "Pendekatan" dari masing-masing kurikulum.

Kurikulum edisi 1999

Sebagai penyempurnaan dari kurikulum 1994. Dalam hal ini adanya perubahan paradigma. a. Dari supply driver ke demand driver, b. Dari mata pelajaran/topik pembelajaran ke kompetensi c. Dari belajar hanya di sekolah menjadi belajar di sekolah dan dunia industri pasangan d. Dari sekolah yang berdiri sendiri mengarah sekolah sebagai bagian tak terpisahkan dari politeknik, BRK, Kursus-kursus dan lembaga diklat lainnya (PPKT).

Kurikulum 2004

Broad Base Curiculume (BBC) dan Competensi Base Training (CBT) Production Base Training (PBT), dengan strategi belajar tuntas (Mastery learning), belajar melalui kegiatan yang memberi pengalaman bermakna (learning by doing), belajar dengan memperhatikan keunikan setiap individu /individualized learning dan belajar secara kelompok (group learning) serta belajar dengan system modal. dan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Senin, 25 Januari 2010

RI Akan Terima Ilmuwan Utusan Khusus Obama

RI Akan Terima Ilmuwan Utusan Khusus Obama

(istimewa)

INILAH.COM, Bogor- AS memilih RI sebagai negara mayoritas Muslim pertama dikunjungi akademisi utusan khusus Presiden Obama dalam meninjaklanjuti komitmen pemulihan hubungan AS dan Dunia Islam melalui kerja sama sains dan teknologi.

Kabiro Kerja Sama dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (BKPI-LIPI), Dr Deddy Setiapermana, mengatakan akademisi yang menjadi utusan khusus Presiden Obama itu adalah Prof Dr Bruce Alberts.

Kunjungan Prof Alberts dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Nasional (NAS) AS itu dimaksudkan untuk menjajaki kemungkinan terjalinnya kembali kerja sama iptek kedua negara yang terhenti sejak 2002, katanya.

"Indonesia sebenarnya telah melakukan kerja sama Iptek dengan Amerika Serikat dari 1978 hingga 2002. Ini terjadi ketika Menristek dijabat Prof Dr BJHabibie. Kerja sama dengan AS ini terhenti pada 2002 dan hingga kini, tidak ada kerja sama lagi," kata Deddy.

Kedatangan Prof Alberts pekan depan itu merupakan kunjungan balasannya atas lawatan pimpinan LIPI dan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) ke AS beberapa waktu lalu guna menjajaki kembali kerja sama Iptek kedua negara, katanya.

Namun kunjungan peneliti NAS itu merupakan tindak lanjut dari komitmen Presiden Obama pada pemulihan kembali hubungan baik AS dengan negara-negara Muslim yang disampaikannya saat berpidato di Mesir tahun lalu melalui kerja sama Iptek.

"Melalui Menteri Luar Negeri Hillary Clinton, dipilih tiga utusan bidang Iptek untuk mengunjungi negara-negara Muslim. Mereka adalah Dr.Bruce Alberts, Dr.Ahmed Zewail, dan Dr.Elyas Z," katanya.

Dalam kunjungannya ke Jakarta itu, Prof.Alberts akan memberikan kuliah bertajuk "kebijakan sains dalam kerangka kerja perubahan iklim pada keamanan umat manusia dan lingkungan" di LIPI, Selasa (19/1).

Peneliti AS ini juga akan meninjau sejumlah fasilitas laboratorium LIPI di Pusat Sains Cibinong, seperti Museum Zoologi, Museum Herbarium Bogor, dan Pusat Penelitian Bioteknologi, serta Puat Penelitian Kimia di kawasan Puspiptek Serpon, Pusat Penelitian Oseanografi Ancol, dan Pusat Penelitian Geoteknologi Bandung, katanya

Rabu, 20 Januari 2010

Sains dan Teknologi untuk Pembangunan yang Berkelanjutan

Sains dan Teknologi untuk Pembangunan yang Berkelanjutan
M. Barmawi (AIPI)

Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 5 November 2003 bertopik Science and Technology for Sustainable Development (Sains dan Teknologi untuk Pembangunan yang Berkelanjutan). Ambasador Iftekhar Chowdhury dalam pembukaan panel itu menyatakan bahwa sains dan ilmu pengetahuan merupakan landasan bagi perkembangan umat manusia.

Ia juga mengatakan bahwa cara memperoleh kemahiran dan penyerapannya, serta pemanfaatan dari Sains dan Teknologi untuk menangani masalah-masalah kaum miskin merupakan hal yang paling ditelantarkan. Pentingnya sains dan teknologi, tidak hanya dalam mengurangi kesengsaraan umat manusia dan memicu pertumbuhan, akan tetapi juga dapat membantu memberikan penilaian tentang batas-batas kesinambungan tersebut yang diakibatkan oleh pemanfaatan sains dan teknologi. Tujuan mengadakan panel itu adalah memberikan suatu wawasan mengenai bidang-bidang khusus, yang inovasi-inovasinya dapat mempunyai dampak yang penting bagi pembangunan yang berkelanjutan.

Pembicara-pembicara dari panel tersebut adalah Prof William Clark, ahli lingkungan hidup dari John Kennedy School of Government, Universitas Harvard; Dr Nejat Vezirloglu, orang Turki, direktur the Clean Energy Research Institute universitas Miami; Dr Jeffrey M Jaffe, presiden dari Bell Labs dari Lucent technologies; dan Dr Lixin Zhang, presiden dan pendiri dari World High Technology Society (WHTS), membahas tentang inovasi dalam bidang pengobatan.

Di sini penulis akan mencoba memberikan sedikit ulasan mengenai prasaran Dr Jaffe.

Dr Jaffe adalah fellow dari IEEE, ia seorang ahli dalam bidang komputer. Bell Labs yang dipimpinnya adalah pelopor dalam transformasi industri. Transistor untuk pertama kali diketemukan di laboratorium ini 50 tahun yang lalu, yang selanjutnya telah mengubah wajah dunia dalam abad ke-20 ini. Dalam prasarananya, ia telah menguraikan potensi dari inovasi dalam sains dan teknologi untuk mentransformasikan masyarakat.

Ia menjelaskan pentingnya komunikasi sebagai sarana bagi pembangunan yang berkelanjutan dan bagi negara-negara berkembang diperlukan sistem-sistem yang mudah digunakan dan mudah dioperasikan, serta dipelihara dan yang murah. Ia menyebutkan sebagai contoh di India, di mana komunikasi di antara perkampungan-perkampungan di sekitar kota-kota besar dilaksanakan dengan radio jarak pendek, sedangkan antara kota-kota besar dihubungkan dengan sistem lingkaran (rings) serat optik.

>small 2small 0< antara perkampungan-perkampungan terpencil dilaksanakan melalui satelit. Sistem komunikasi yang dibutuhkan oleh negara berkembang berbeda dengan sistem komunikasi yang diperlukan nagara maju. Untuk negara berkembang yang penting adalah kecepatan penyebaran dan jangkauan. Oleh karena itu, sifat investasi teknologinya berbeda dengan investasi di negara maju.

Dalam usaha negara berkembang untuk membangun sistem telekomunikasi yang cocok baginya akan diperlukan orang-orang yang terkemuka (leading edge) dalam bidang-bidang seperti (contoh-contoh yang disebut oleh Jaffe) electrical engineering, matematika, sains komputer, fisika, teori informasi, dan sebagainya, yang tidak akan dijumpai dalam jurusan "wireless Communication" (Komunikasi tanpa kawat atau yang dikenal sebagai "arus lemah").

Oleh karena itu, pendidikan dalam sains dan teknologi perlu bersifat interdisiplin. Peningkatan kapasitas informasi selanjutnya dapat dilakukan antara lain dengan pemancar dan penerima dengan banyak antena. Kapasitas dari suatu pita frekuensi berbanding lurus dengan banyaknya antena, akan tetapi pendekatan ini memerlukan pemrosesan sinyal yang khusus untuk dapat memperoleh kembali sinyal-sinyal yang dipancarkannya.

Pengembangan komunikasi itu sendiri tidak akan membawa negara berkembang mencapai standar hidup negara maju, sedangkan usaha menyusul teknologi yang ada, makin lama makin sulit oleh karena teknologi makin lama makin cepat berubah. "In order for developing country to leapfrog ahead, they have got to 'catch the next wave' and be ready to surf when the next revolutionary technology-like transistor or laser or internet-roles in." (Agar negara berkembang dapat melakukan lompatan katak ke depan, ia harus menangkap gelombang yang berikut dan siap untuk berselancar, ketika gelombang teknologi revolusioner yang baru-serupa transistor, atau laser atau internet-datang menggulung.)

Selanjutnya, Jaffe membahas beberapa teknologi yang potensial akan menjadi gelombang teknologi berikut. Contoh pertama yang diambilnya adalah pembuatan transistor dari plastik. Hal ini disebabkan untuk membuat transistor dari plastik tidak membutuhkan ruang bersih (clean room) dan metode fabrikasinya lebih sederhana daripada dalam teknologi silikon.

Rangkaian IC akan dibuat dengan mempergunakan printer inkjet. Contoh kedua adalah pabrik kimia ukuran kecil. Pabrik kimia yang konvensional mempunyai ukuran yang besar sehingga susah untuk menyimpan bahan-bahan yang beracun, yang dapat merusak lingkungan. Teknologi pabrik mikro ini dimungkinkan oleh teknologi MEMS (Micro ElectroMechnical System), yang dapat membuat pompa-pompa, penggerak (aktuator) dan saluran dalam ukuran mikron. Jaffe menyimpulkan bahwa bidang-bidang seperti telekomunikasi, elektronika plastik, dan nano teknologi merupakan contoh-contoh dari landasan teknologi yang akan datang. Dapat ditambahkan, di sini bahwa teknologi nano ini akan membawa perubahan- perubahan dalam berbagai bidang, termasuk dalam elektronika dan kedokteran.

"Beberapa negara berkembang tentu saja akan berkecil hati: benarkah kiranya mungkin untuk melakukan loncatan katak ke arah kepemimpinan keilmuan (scientific leadership). Contoh- contoh negara yang telah berhasil dalam usaha serupa ini adalah India, beberapa negara Amerika Selatan, dan Cina.

Dengan menangkap gelombang teknologi yang berikut, mereka meningkatkan pendapatan per kapitanya dan mentransformasikan negaranya dari negara agraria. "Untuk dapat berjaya melaksanakan ini semua, perlu partisipasi aktif dari kaum ilmuwan, pemerintah, dan kaum industri swasta," demikianlah yang diungkapkan Jaffe dalam prasarannya.

Usaha mengejar teknologi memerlukan investasi yang besar, karena laju kemajuan teknologi mengikuti grafik yang eksponensial (learning curve) dan hak intelektual yang harus dibayar menjadi semakin mahal. "Menghadang" teknologi lebih layak untuk dilaksanakan, oleh karena start kita dengan negara maju sama.

Akan tetapi, memilih langkah ini memerlukan kemampuan melaksanakan litbang dan kemampuan berinovasi yang bersaing. Untuk pengembangan kemampuan ini, sistem pendidikan kita harus diperkuat, disertai dengan investasi minimal (start up funds) untuk pengadaan alat-alat ukur dan pengetesan yang canggih agar mampu bersaing. Investasi serupa ini yang mahal hendaknya dipusatkan di beberapa tempat, akan tetapi terbuka bagi semua peneliti.

Dana ini tidak akan sebesar yang diperlukan untuk mengejar teknologi. Menangkap teknologi yang baru merupakan permulaan dari pembangunan yang berkelanjutan. Untuk usaha ini diperlukan komitmen dan kerja sama yang baik antara ilmuwan/teknolog, pemerintah, usahawan/ekonom, dan industriawan. Kita perlu merenungkan kembali strategi untuk mengentaskan bangsa kita dari kemiskinan dalam jangka panjang, dengan memanfaatkan peluang, yang diungkapkan oleh Jaffe.

Sumber : Kompas (19 Oktober 2004)

fisik@net - http://www.fisikanet.lipi.go.id